Reporter: Tim Pusdeka

Sabtu, (2/12) Direktur Pusat Studi Kependudukan dan Kesejahteraan Keluarga (Pusdeka) UNU Yogyakarta, Rindang Farihah, diundang oleh Unit Pelayanan Kesehatan Masyarakat (UPKM)/Community Development (CD) Bethesda YAKKUM untuk berbagi pengalaman pelibatan remaja NU dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Kegiatan “Sarasehan “Ngobrol Asyik” HIV dan AIDS” ini diselenggarakan untuk memperingati hari AIDS sedunia yang jatuh pada tanggal 1 Desember. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mengajak Gereja atau yang lebih umum Organisasi Berbasis Keyakinan dalam mengendalikan kasus HIV/AIDS. Kegiatan ini sendiri lebih difokuskan untuk mengedukasi pemuda/i dan remaja Gereja Kristen Jawa Klasis Jogja Timur tentang HIV/AIDS serta peran peer-group dalam penanggulangan HIV dan AIDS.

Acara yang dihadiri sekitar 25 peserta ini mengambil tempat di ruang meeting Rumah Makan Ingkung Grobog yang berada di Jalan Timoho. Setelah acara dibuka, Priska memperkenalkan UPKM/CD Bethesda sebagai lembaga yang didirikan oleh Sinode GKJ dan Sinode GKI Wilayah Jawa Tengah. Lembaga ini berfokus pada pelayanan kesehatan primer berbasis masyarakat melalui pendekatan partisipatoris dan berbasis potensi lokal serta berkolaborasi dengan berbagai pihak agar terlaksana pelayanan kesehatan berkualitas. Ia menekankan bahwa UPKM/CD Bethesda YAKKUM tidak hanya fokus pada pelayanan tapi juga upaya-upaya preventif dan promotif.

Selanjutnya, Ibu Shinta Arshinta sebagai direktur Pelayanan Kesehatan Masyarakat dan Kemanusiaan (PKMK) YAKKUM menyoroti tentang pentingnya mempromosikan kesehatan reproduksi, khususnya soal penyakit HIV dan AIDS. Ia menekankan bahwa tokoh-tokoh agama (faith base actors) memegang peran kunci dalam mengatasi isu-isu sosial dan aktor perubahan masyarakat. Misalnya di tahun 2022, para tokoh agama bersepakat untuk mendukung dan mempromosikan isu kesehatan jiwa. Ia berharap setelah mendapat pengetahuan tentang HIV dan AIDS, teman-teman Gereja yang hadir akan menjadi aktor untuk komunitasnya.

Materi pertama dibawakan oleh Ghanis Kristia yang menjelaskan tentang seluk beluk HIV dan AIDS. Beberapa kesalahpahaman umum mengenai HIV dan AIDS ia luruskan seperti perbedaan HIV dan AIDS, cara penularan, gejala sampai pengobatan. Yang menarik adalah data kasus HIV dan AIDS yang ada di Yogyakarta. Ghanis menekankan bahwa dalam beberapa tahun terakhir, kelompok sosial yang paling berisiko terpapar HIV adalah Ibu Rumah Tangga. Selain itu, kasus HIV dan AIDS juga banyak terjadi pada usia produktif.

Materi kedua dibawakan oleh Rindang Farihah yang membahas peran peer-group dalam penanggulangan HIV dan AIDS. Ia memberikan pengalaman mengedukasi para remaja NU tentang pendidikan seksualitas komprehensif. Beberapa topik yang diberikan antara lain kesehatan reproduksi remaja, sehat fisik dan mental, membangun relasi sehat dan percaya diri dan menghormati tubuh. Dengan bekal pengetahuan dan pemahaman tersebut, para remaja NU diharapkan akan dapat menjadi peer-educator. Dengan begitu mereka akan menjadi aktor yang aktif menyuarakan risiko HIV dan AIDS untuk teman sebaya mereka. Cara yang demikian akan lebih efektif karena remaja atau anak muda cenderung lebih nyambung dan nyaman jika yang menasehati adalah teman mereka sendiri.

Setelah sesi materi, Pendeta Kriswoyo dari GKJ Klasis Yogyakarta Utama memaparkan peran dan strategi gereja/remaja/pemuda dalam mendukung program pengendalian HIV dan AIDS. Ia menekankan bahwa gereja akan memiliki peran yang signifikan ketika melibatkan anak-anak muda. Generasi muda zaman sekarang tidak tertarik dengan layanan-layanan yang disediakan oleh gereja. Oleh sebab itu pendekatan peergroup adalah strategi yang paling tepat untuk mensukseskan program pengendalian HIV dan AIDS.