Reporter: Tim Pusdeka
Sabtu, (16/03) ruangan LP3M yang berada di lantai 7 Gedung Kampus Terpadu UNU Yogyakarta terlihat ramai. Sejak pukul tiga sore beberapa orang tampak masuk ke ruangan tersebut. Apa yang membuat orang-orang itu ke kampus di hari libur? Ternyata Pusdeka sedang menggelar diskusi satu tahun perjalanan Klinik Konsultasi Keluarga dan Anak Muda (K2+). Yang hadir dalam acara tersebut adalah tim konselor Klinik K2+. Mereka adalah Rika Iffati Farihah, Wiwin SA Rohmawati, Suharti Muklas, Nurul Saadah Andrini, Khotimatul Husna, Saeroni, Yus Mashfiyah, Firda Ainun Ula dan Neilna Revda. Di samping itu ada pula Direktur Pusdeka, Rindang Farihah, yang sudah sejak awal datang.
Sebagai Manajer Klinik K2+, Firda pertama-tama memberi kesempatan kepada para peserta untuk menyampaikan harapan terhadap pertemuan sore hari itu. Salah satu peserta berharap agar pertemuan itu memunculkan inisiasi dalam memajukan layanan Klinik K2+. Peserta yang lain berharap visi dan misi Klinik K2+ dapat tercapai. Ada pula yang berharap proses kaderisasi para penggiat layanan bisa berjalan. Namun harapan yang menarik adalah agar Klinik K2+ fokus dalam upaya pencegahan, advokasi dan pelatihan.
Rindang kemudian mempresentasikan perjalanan Klinik K2+ selama satu tahun terakhir. Ia mengatakan bahwa latar belakang pendirian Klinik K2+ adalah situasi pandemi covid-19 bersamaan dengan upaya untuk mewujudkan visi UNU Yogyakarta sebagai kampus yang aman, nyaman dan menyenangkan. Klinik K2+ sendiri didirikan pada tanggal 24 Januari 2023 melalui SK Rektor Nomor 006/UNU.RKT/SK./1/2023. Dalam acara peluncuran, Mas Rektor menyampaikan 3 prinsip layanan konseling kampus adalah Happy, Healthy and Prosperity. Dari situ Tim Klinik K2+ kemudian membuat tagline layanan yang berbunyi “you share, we care” (kamu berbagi, kami peduli).
Sejauh ini jenis layanan yang diberikan oleh Klinik K2+ mencakup; a) pencegahan masalah kesehatan mental, b) pemulihan dan perawatan kesehatan mental, c) konsultasi masalah pernikahan dan keluarga, d) pendampingan untuk pasangan, dan e) bantuan rujukan. Rindang mengaku bahwa selama satu tahun dua bulan perjalanan Klinik K2+ layanan tersebut belum terlaksana seratus persen. Kendati demikian, beberapa upaya telah dilakukan untuk menguatkan organisasi. Misalnya seperti form konsultasi, pencatatan data klien, dan standar prosedur layanan.
Kegiatan promosi layanan dilakukan dengan membuat pamflet hotline Klinik K2+ yang dapat diakses secara gratis. Dalam kegiatan pendidikan, Klinik K2+ hampir setiap bulan menyelenggarakan workshop atau talk show. Namun soal memperkuat layanan, Klinik K2+ lebih mengajak kolaborasi dengan lembaga lain untuk masuk dalam jaringan kerja.
Layanan Klinik K2+ perlu dikembangkan karena para mahasiswa sangat membutuhkan. Survey kesehatan mental di kalangan mahasiswa UNU Yogyakarta menunjukkan bahwa hampir separuh responden memiliki keluhan kesehatan mental. Fakta ini menunjukkan bahwa masalah kesehatan mental di kalangan mahasiswa merupakan persoalan yang sangat serius.
Tindakan yang harus diambil untuk menangani masalah tersebut adalah fokus pada upaya pencegahan. Salah satunya adalah dengan membentuk Tim Peer-counselor di masing-masing Program Studi. Tim ini akan berperan sebagai ujung tombak layanan Klinik K2+ dalam memberikan pertolongan awal terhadap masalah kesehatan mental yang dialami teman-teman mereka.