Reporter: Tim Pusdeka

Kamis (4/1) TIM LP3M UNU Yogyakarta berkunjung ke Kantor Bupati Bantul untuk melakukan audiensi terkait program pengembangan kawasan desa wisata. Dalam pertemuan ini Tim LP3M yang terdiri atas Sunaji Zamroni, Rindang Farihah, Yusnita Ike Christanti dan Agus S Efendi yang didampingi staff Bappeda Bantul, Eni Kriswandari. Selain menyampaikan gagasan dasar dan peluang pendanaan, pertemuan ini bertujuan untuk meminta dukungan Bapak Bupati Bantul agar program ini dapat terlaksana.

Rombongan Tim LP3M diterima oleh H. Abdul Halim Muslih selaku Bupati Bantul pada pukul 14.30 WIB. Eni Krisnawati memulai pertemuan sore hari itu dengan terlebih dahulu memaparkan agenda Pemerintah Kabupaten Bantul dalam pengembangan dan inovasi desa wisata. Ia kemudian menyinggung soal peluang kerjasama dengan PLN. Adapun UNU Yogyakarta sendiri akan berperan sebagai mitra Bappeda Bantul dalam pelaksanaan program pengembangan desa wisata.

Sunaji Zamroni menyampaikan bahwa UNU Yogyakarta memiliki beberapa lokasi Laboratorium Sosial (Labsos) di daerah Bantul. Namun sejauh ini belum ada yang cukup representatif atau berdampak signifikan. Salah satu lokasi Labsos adalah Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan yang terletak di Kalurahan Canden, Kepanewon Jetis. Sebenarnya Kiringan sangat potensial untuk menjadi sentral jamu di Yogyakarta karena sebagian besar warganya adalah pengrajin jamu dan menekuni usaha jamu.

Namun sayangnya, potensi tersebut belum bisa terealisasi karena terhambat berbagai persoalan. Saat studi ke Kiringan, Tim LP3M UNU Yogyakarta menemukan bahwa pengelolaan desa wisata kurang bisa berkembang karena adanya masalah kelembagaan. Di samping itu, sebagian besar pengrajin jamu juga belum terampil dalam membuat produk-produk akhir jamu yang inovatif.

Berdasarkan hal tersebut UNU Yogyakarta tertarik untuk menjadikan Desa Wisata Jamu Gendong Kiringan sebagai projek yang mentes (baca: berhasil). Projek ini, Sunaji menjelaskan, nantinya akan menyasar beberapa aspek dari hulu sampai hilir sekaligus seperti kapasitas pengrajin jamu, inovasi produk, branding, pemasaran, penjualan dan kelembagaan. Dari aspek inovasi produk, projek ini dibayangkan akan membuat para pengrajin jamu lebih kreatif sehingga mampu menghasilkan produk-produk baru. Dalam aspek branding produk-produk jamu Kiringan akan dikemas secara menarik. Untuk pemasaran produk jamu Kiringan nantinya akan dijual menggunakan motor listrik costumized.

Tapi, setelah penjajakan dengan PLN, projek yang fokus pada satu lokai akan sulit mendapatkan pendanaan. Oleh karena itu projek harus di diperluas ruang lingkupnya menjadi pengembangan kawasan desa wisata. Jadi, projek ini akan membuat peta destinasi wisata baru dengan cara mengintegrasikan potensi desa-desa wisata di kawasan Imogiri, Pungkas Sunaji.

Abdul Halim merespon pemaparan rencana projek tersebut dengan apresiasi. Beliau kemudian menyampaikan untuk langsung membuat proposalnya. Projek itu sebenarnya juga bisa dikaitkan dengan agenda Pemerintah Provinsi DI Yogyakarta soal pengelolaan tanah desa untuk pengentasan kemiskinan. Tanah-tanah desa yang belum dioptimalkan dapat digunakan untuk budidaya tanaman empon-empon. Ini akan memastikan pasokan bahan baku jamu. Kendati demikian, Bapak Bupati mengingatkan, perlu dilakukan riset kualitas tanah yang cocok untuk tanaman empon-empon.

Audiensi ini menghasilkan rencana tindak lanjut berupa penandatanganan MOU antara Pemerintah Kabupaten Bantul dengan UNU Yogyakarta dalam waktu dekat. Pertemuan ini diakhiri dengan sesi foto bersama.*