Reporter: Agus S Efendi

Tim Pusdeka UNU Yogyakarta melakukan kunjungan ke FISIPOL UGM Yogyakarta pada Rabu (30/8). Agenda studi banding ini dilaksanakan sebagai upaya untuk memajukan layanan Klinik Konseling Keluarga dan Anak Muda (Klinik K2+). Tim Pusdeka yang terdiri atas Rindang Farihah (Managing Direktur), Firda Ainun Ula (Manajer Klinik K2+), Khoiratul Ni’amah (Sekretaris), Rika Iffati Farihah (Konselor Klinik K2+) dan Agus S Efendi (Peneliti) ingin belajar tentang pengelolaan layanan yang ada di FISIPOL Crisis Center (FCC). Dengan memajukan layanan Klinik K2+ maka kampus UNU Yogyakarta yang aman, nyaman dan bebas dari kekerasan akan dapat segera terwujud.

Ketika Tim Pusdeka datang, yang menerima adalah staff legal FISIPOL Crisis Center, Okky Alifka Nurmagulita. Turut membersamai staff divisi sosialisasi dan edukasi, Yosef Budi Kurniawan dan Suci Murniati serta staff psikolog Pradita Artha Incentia. Dalam pengantarnya, Okky menyampaikan bahwa FCC merupakan salah satu unit di bawah Career Development Center (CDC) FISIPOL UGM yang fokus pada penanganan dan pencegahan kekerasan di lingkungan kampus. FCC sendiri berdiri pada bulan Februari tahun 2020. Yang menarik, FCC adalah institusionalisasi buku panduan pelaporan, penanganan, dan pencegahan kekerasan seksual di kampus UGM yang terbit pada Desember 2019.

Meskipun tergolong baru mekanisme layanan FCC sudah sangat bagus. Hal ini tampak jelas dari prosedur pelaporan dan penanganan kasus kekerasan seksual. Saat ada laporan kasus kekerasan, Okky menjelaskan, langkah pertama yang dilakukan FCC adalah assessment kondisi mental korban. Pada tahap ini fokus FCC adalah pendokumentasian kasus. Setelah itu FCC membuat laporan kasus kepada Dekanat dan menyerahkannya kepada Satgas PPKS (Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual). Ketika kasus kekerasan itu diproses, FCC akan memberikan layanan pemulihan kepada korban.

Dalam upaya pencegahan kekerasan di lingkungan kampus, FCC telah melakukan berbagai program seperti Workshop, Pembekalan, Diskusi Film, Lomba Infografis dan talk show edukasi. Selain itu FCC juga memiliki kanal media yang menyajikan konten informatif tentang kekerasan. Semua strategi penjangkauan ini dilakukan agar civitas akademik FISIPOL UGM lebih peduli dan sadar tentang isu kekerasan seksual. Di luar itu secara berkala FCC juga melakukan monitoring dan evaluasi.

Sebagai catatan, karena layanan yang dikembangkan oleh Klinik K2+ lebih ke konseling maka studi banding yang lebih tepat adalah ke unit Pendampingan Psikologis dan Karier. Pradita selalu psikolog di unit tersebut mengaku bahwa layanan konseling disediakan untuk semua civitas akademika FISIPOL UGM. Dalam mengakses layanan ini dosen atau mahasiswa harus mendaftar untuk booking slot. Namun pendampingan psikologis tetap memprioritaskan mereka yang paling membutuhkan, tegas Pradita. Dalam upaya mengurangi waktu tunggu layanan unit pendampingan psikologis mengembangkan peer konselor. Selain itu FCC juga melakukan upaya deteksi dini dengan cara assessment psikologis bagi mahasiswa baru.

Merespon pemaparan dari FCC, Firda mengatakan bahwa beberapa strategi penjangkauan telah dilakukan oleh Klinik K2+ akan tetapi hasilnya belum maksimal. Sebagian mahasiswa UNU Yogyakarta tampaknya masih menganggap konsultasi psikologis lebih berkonotasi negatif. Mungkin itu juga berkaitan dengan faktor budaya yang perlu diubah, lanjut Firda.

Rindang mengungkapkan bahwa kehadiran Tim Pusdeka pada siang itu adalah belajar tentang struktur tata kelola, program dan pendekatan layanan yang dimiliki FCC. Ia mengakui bahwa kendala terberat dalam mempromosikan layanan Klinik K2+ adalah sosialisasi. Selain itu para konselor juga masih bersifat asosiasi sehingga tidak bisa memberikan layanan dengan prima. Terakhir, Rindang berharap bahwa FCC dan Pusdeka dapat berkolaborasi khususnya dalam penguatan pengelolaan dan layanan Klinik K2+.