Reporter: Agus S Efendi
Editor: –

Pada Selasa, 24 Januari 2022, Pusdeka menyelenggarakan Launching Klinik Konsultasi Keluarga dan Anak Muda di salah satu ruangan kampus lowanu Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta. Acara ini memuat dua agenda utama yaitu pengesahan pendirian Klinik K2+ oleh Rektor dan pengenalan masalah kesehatan mental kepada civitas UNU Yogyakarta melalui kegiatan Talk Show. Adapun tema yang diangkat dalam Talk Show adalah “Resiliensi Perempuan, Anak Muda, dan Keluarga dalam Membangun Kehidupan Sejahtera.” Acara yang dimulai pada pukul 09.00 pagi ini dihadiri oleh para dosen, perwakilan mahasiswa dan tentu saja para konselor klinik konsultasi.

Sebelum masuk agenda yang pertama, Rindang Farihah memberikan pengantar tentang latar belakang dan tujuan pendirian klinik konsultasi. Direktur Pusdeka ini menjelaskan bahwa kasus bunuh diri dan gejala depresi di kalangan mahasiswa merupakan hal yang sebenarnya dapat dicegah melalui layanan konseling. Mereka membutuhkan teman yang mampu meringankan beban sekaligus menguatkan kondisi mental mereka. Klinik K2+ adalah respon atas hal tersebut, ungkap Rindang.

Namun, Rindang menegaskan, layanan klinik ini tidak hanya menggunakan pendekatan psikologis saja tetapi juga pendekatan spiritual keagamaan. Tujuannya adalah untuk memastikan agar lingkungan kampus UNU Yogyakarta aman, nyaman dan menyenangkan bagi semua pihak.

Rindang mengakui bahwa pendirian Klinik K2+ ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak dalam 3 bulan terakhir. Dalam durasi itu pula proses perumusan layanan dilakukan agar dapat mencapai tujuan. Nama Klinik K2+ sendiri dipilih karena cakupan layanan yang akan diberikan tidak terbatas pada kelompok sasaran tertentu. Artinya, layanan konseling ini dapat diakses oleh mahasiswa, tenaga didik, masyarakat luas atau bahkan kelompok rentan seperti penyandang difabel dan lansia. Klinik K2+ adalah teman atau sahabat bagi yang mengalami masalah kesehatan mental, ungkap Rindang. Hal ini dipatenkan menjadi slogan you share, we care.

Firda Ainun Ula, selaku Manager Klinik K2+, menabahkan bahwa data terbaru tentang kasus kekerasan seksual, depresi dan kecemasan di Indonesia cenderung meningkat. Dari data tersebut, ternyata lembaga pendidikan perguruan tinggi dan pesantren adalah yang menyumbang kasus terbanyak. Hal ini yang membuat layanan Klinik K2+ menjadi penting dan dibutuhkan. Dan skema pelayanan klinik sendiri mencakup assessment potensi dan risiko, konsultasi, pendampingan dan kelas-kelas pra-nikah, lanjut Firda.

Untuk teknis layanan klinik, Firda menjelaskan, dapat diakses secara online dan offline. Adapun pelayanan offline diberikan pada hari Selasa dan Kamis mulai pukul 09.00 hingga 14.00 WIB. Sedangkan pelayanan secara online dapat diakses melalui saluran telepon pada jam kerja Klinik.

Memasuki acara utama, Rektor UNU Yogyakarta Widya Priyahita Pudjibudojo mengungkapkan kebanggaan atas program yang diinisiasi oleh Pusdeka ini. Ia mengatakan bahwa kampus UNU Yogyakarta memiliki tagline Happy, Healthy, and Prosperity. Menurut Widya, tiga istilah itu memiliki makna yang luas dan dapat dirumuskan dalam konteks yang bermacam-macam. Namun yang jelas tagline yang mencerminkan inklusifitas tersebut telah diwujudkan melalui pendirian Direktorat GESI (Gender dan Social Inclusion) dan Pusdeka. Untuk Pusdeka tugasnya ada dua yaitu menginternalisasi nilai-nilai keluarga yang inklusif di dalam kampus dan mensosialisasikan kajian kependudukan dan keluarga kepada pihak luar. Widya meyakini bahwa keluarga merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengembangan UNU Yogyakarta ke depan.

Widya juga mengatakan bahwa UNU Yogyakarta sedang membentuk komite etik yang akan memastikan prinsip-prinsip etik dapat terimplementasi di lingkungan kampus. Yang dimaksud dengan etik disini tidak terbatas pada etika akademik semata tetapi juga administrasi, keuangan dan hubungan antar sivitas. Dengan demikian UNU Yogyakarta selain memiliki komitmen juga mendukung penuh isu-isu yang dianggap marginal.

Terkait dengan Klinik K2+, Widya menjelaskan bahwa komitmen pada isu-isu marginal tidak harus menunggu bisa dan punya. Yang terpenting adalah ada yang berkomitmen mengupayakan. Klinik K2+ merupakan contoh inisiasi yang diupayakan secara kolektif untuk meminimalisasi kasus kesehatan mental. Kendati demikian, Widya menambahkan, masih banyak perbaikan yang perlu dilakukan agar pelayanan Klinik maksimal. Adanya klinik ini akan bermanfaat ketika dikenal luas dan diakses oleh banyak orang. Oleh karena itu kinerja Klinik K2+ akan tergantung pada seberapa banyak jumlah pengguna layanannya, pungkas Widya.

Dalam agenda Talk Show ada dua narasumber yang hadir yaitu Siti Rohmah Nurhayati, instruktur nasional keluarga Kemenag, dan Dwina Lila Pandia, divisi kesehatan jiwa RS YAKKUM. Yang berlaku sebagai moderator adalah Adelia O Pristasahita dosen fakultas teknik informasi UNU Yogyakarta. Saat memandu acara Talk Show Adelia menyoroti bahwa banyak anak muda yang terbiasa memendam sendiri masalahnya dan tidak menggunakan fasilitas layanan konseling yang tersedia. Hal ini yang kemudian dielaborasi oleh kedua narasumber.

Siti Rohamah Nurhayati mengawali Talk Show dengan mengangkat tema komunikasi dan keluarga. Selama puluhan tahun menjadi konselor keluarga, Siti melihat bahwa masalah kesehatan mental di dalam masyarakat semakin kompleks dan mereka membutuhkan klinik-klinik konseling. Namun sayangnya masih sedikit pihak yang mampu menyediakan layanan. Di tengah minimnya kampus yang merespon isu-isu keluarga, adanya klinik K2+ ini merupakan suatu terobosan yang keren, ungkap Siti.

Dalam pemaparannya, Siti menggunakan teori ekologi perkembangan manusia untuk memahami pola relasi di dalam keluarga dan masyarakat. Ia meyakini bahwa keluarga memiliki peran yang sangat penting dan serius dalam perkembangan manusia. Idealnya setiap keluarga menghasilkan individu-individu yang baik yang akan berkontribusi dalam membangun masyarakat yang baik dan pada akhirnya bangsa yang maju. Akan tetapi fakta keluarga saat ini menunjukkan berbeda; ada kecenderungan perceraian yang meningkat dari tahun ke tahun. Dari situ Siti kemudian meneliti kehidupan keluarga melalui dua variabel yaitu bahagia dan kekal. Hasil penelitian itu menemukan tiga tipologi perkawinan di Jawa; 1) fungsional 2) bertumbuh 3) bertahan. Ia menekankan bahwa dalam persepsi umum masyarakat perceraian adalah hal yang buruk sehingga pasangan yang tidak bahagia cenderung untuk mempertahankan rumah tangganya.

Sebagai narasumber kedua, Dwina Lila Pandia berbagi tentang program kesehatan mental yang dilakukan oleh RS YAKKUM. Ia menyampaikan bawa angka bunuh diri di kabupaten Gunung Kidul yang tinggi penting untuk disorot karena pelaku sebelumnya mengalami depresi akut. Oleh karena itu program kesehatan mental berbasis masyarakat merupakan upaya untuk menekan gejala depresi. Diantara program RS YAKKUM adalah dengan membentuk peer group dan self-help group. Orang yang terlibat aktif dalam kelompok ini yang kemudian menjadi fasilitator atau teman curhat dari orang yang memiliki gejala depresi.